Pada bulan Oktober
2013, Yayasan Esbeka (Sayang Babel Kite) telah melakukan penandatangan naskah
kerjasama (MoU) dengan dua sekolah dasar (SD) Negeri 10 dan SD Negeri 24
Sungailiat Bangka. MoU tersebut menegaskan bahwa Yayasan Esbeka akan merintis pelajaran muatan lokal
lingkungan hidup (mulok LH) di sekolah. Selanjutnya, sekolah dapat memberikan
label sebagai sekolah berwawasan lingkungan. Tak disangka, rencana pelajaran mulok
LH untuk semester genap ternyata disambut kompak oleh kedua sekolah tersebut dan menyarankan agar segera
diberikan kepada siswa meskipun semester ganjil telah berjalan lebih dari
setengah. Yayasan Esbeka menyambut baik antusiasme sekolah dan langsung
membuat rencana pokok pembelajaran (RPP) kepada pihak sekolah lengkap dengan
trip dan kegiatan praktek di lapangan. Mentor untuk mata pelajaran mulok LH ini
langsung dari tim inti pengurus Yayasan Esbeka yaitu M. Iqbal Zamzami, S.P
sebagai koordinator untuk materi ekosistem daratan dan Indra Ambalika Syari,
S.Pi sebagai koordinator untuk materi ekosistem laut.
Kami dari Yayasan
Esbeka bersyukur karena MoU yang telah disepakati tidak hanya sekedar perjanjian
tetapi berlanjut dalam program nyata berbentuk pelajaran mulok LH di sekolah.
Hingga tanggal 1 November 2013, SD N 24 Sungailiat Bangka telah melakukan
dua kali pertemuan dikelas dan sekali praktek di lapangan sedangkan di SD N 10 baru sekali pertemuan. Di SD N 24, Indra Ambalika Syari telah memberikan materi
mengenai ekosistem terumbu karang, mulai dari pengenalan ekosistem terumbu
karang, cara makan karang dan cara reproduksi karang. Selain itu disampaikan pula
manfaat langsung dan tidak langsung dari ekosistem terumbu karang. Salah satu
manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang yang diajarkan kepada para siswa
adalah semakin baik kondisi terumbu karang maka akan semakin banyak ikan hasil
tangkapan nelayan disekitar lokasi terumbu karang tersebut. Dari 1 km2
terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton ikan yang cukup untuk memberi
makan 1.200 orang di wilayah pesisir
setiap tahun (Burke et al., 2002). Karenanya,untuk
melihat potensi perikanan, siswa diajak untuk melihat langsung kondisi lapangan
dengan mendokumentasikan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan di Pantai Rebo. Ikan
yang telah didokumentasikan kemudian ditulis nama lokal dan nama ilmiahnya
berdasarkan buku identifikasi ikan “Indonesian
Reef Fishes” Jilid 1, 2 dan 3 (Kuiter, H. Rudi & T. Tonozuka 2003). Kegiatan
praktek lapangan ini dilakukan pada hari minggu, 3 November 2013 pukul 06.00 –
07.00 WIB. Pada waktu ini, Pantai Rebo berubah mendadak menjadi pasar ikan
rakyat sekaligus berkumpulnya para pengumpul ikan yang kemudian menyebar ke
berbagai penjuru desa menjual ikan dari hasil tangkapan nelayan Rebo.
![]() |
Gambar 1. Siswa mendokumentasikan jenis-jenis ikan dengan menggunakan kamera ponsel |
![]() |
Gambar 2. Praktikum ditemani orangtua siswa untuk menambah keakraban sekaligus rekreasi |
![]() |
Gambar 3. Suasana praktek lapangan di Pantai Rebo oleh siswa-siswa SDN 24 Sungailiat |
![]() |
Gambar 4. Salah satu foto ikan yang didokumentasikan siswa (ikan kerisi khas Bangka, Nemipterus furcosus) |
Nelayan Rebo
sebagian besar merupakan nelayan bagan. Sekitar 70 bagan tancap nelayan
terdapat di perairan Laut Rebo. Sayangnya, untuk menuju bagan diperlukan waktu
yang cukup lama karena jarak bagan yang jauh hingga belasan mil laut. Padahal
sekitar 10 tahun yang lalu, bagan-bagan nelayan terlihat jelas dari pinggir Pantai
Rebo. Hal ini dikarenakan ekosistem terumbu karang di perairan Pantai Rebo
telah banyak yang mati tertutup sedimen akibat penambangan timah baik di
pesisir maupun ditengah laut. Banyak TI Apung, Kapal Isap Produksi (KIP) hingga
kapal keruk beroperasi di pantai ini yang marak terjadi pada tahun 2008 – 2011.
Belajar dari permasalahan inilah siswa SD diberi pengertian bahwa dengan menjaga
kondisi ekositem terumbu karang tetap baik, maka kita tak perlu menangkap ikan
hingga jauh ke tengah laut.
Di SD N 10, M. Iqbal
Zamzami telah mengajarkan siswa kelas 5 tentang pentingnya memelihara tumbuhan.
Dengan tema “sayangi bumi sayangi tumbuhan” siswa diajarkan untuk cinta menanam
dan merawat tanaman di lingkungan sekitarnya. Panas yang semakin menyengat
terasa di Pulau Bangka karena semakin banyaknya hutan yang rusak. Kegiatan
pembelajaran mulok LH yang didesain merupakan perpaduan antara permasalahan di
lapangan (daerah) dengan solusi penyelamatan dengan mengajarkan siswa agar
lebih mencintai lingkungan, baik di darat maupun di laut.
![]() |
Gambar 5. Suasana belajar di kelas dengan tema"sayangi bumi sayangi tumbuhan" oleh M. Iqbal Zamzami |
Harapan dari Yayasan
Esbeka adalah kegiatan mulok LH di sekolah dasar ini dapat diterapkan hingga di
seluruh SD di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai mata pelajaran
berbasis kondisi lokal. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mungkin
tidak mengalami krisis ekonomi yang parah, namun terlihat jelas dari pesawat
udara bagaimana penampakan kerusakan alam di daratan kita akibat penambangan yang tidak
terkontrol dan berita tentang kerusakan ekosistem terumbu karang yang semakin
parah akibat izin penambangan timah laut yang terus dikeluarkan maka Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung berada pada kondisi krisis dalam hal lingkungan
hidup. Mengajarkan generasi muda dari sejak usia dini untuk mencintai dan
peduli terhadap lingkungan adalah salah satu solusi jangka panjang yang dirintis Yayasan
Esbeka bagi masa depan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang lebih baik.
In the Rolex Submariner collection, the Green Aquaman is undoubtedly the most sought-after one. Its use of the brand's signature green colour makes it look quite a showstopper. There are old and new versions of the Green Ghost,replica watches uk with the old one having a green ring and green disc configuration, which is quite pure and classic. And replica longines watches for those who are a little aesthetically tired of the old Green replica montblanc watches Sailor, the new Green Sailor is worth a look. The black disc with green rim is a little less pure but more charming, and the fact that it is equipped with the 3235 movement is certainly a plus.
BalasHapus