Breaking News
Loading...
Minggu, 27 Oktober 2013

Sejak awal tahun 2008 hingga laporan ini dipublikasikan (Oktober 2013), Tim Eksplorasi Terumbu Karang  - Universitas Bangka Belitung (UBB) telah melakukan pengecekan kondisi ekosistem terumbu karang (reef check) di 41 lokasi khusus di Pulau Bangka dan sekitarnya (tidak termasuk Pulau Belitung). Tim Eksplorasi Terumbu Karang UBB merupakan lembaga penelitian yang paling lengkap dalam penyediaan informasi kondisi ekosistem terumbu karang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hingga saat ini. Alhamdulillah, sejak awal terbentuk hingga saat ini berbagai artikel yang dimuat di media massa telah banyak meningkatkan kesadaran masyarakat di daerah untuk mulai peduli terhadap ekosistem terumbu karang disekitarnya.

Pengecekan kondisi ekosistem terumbu karang hampir semuanya dilakukan dengan metode Line Intercept Transect (LIT) yang merupakan metode standar pengukuran kondisi karang yang berpedoman pada Hill, J. & C. Wilkinson. 2004. Lokasi titik terumbu karang yang telah dilakukan pengecekan antara lain 11 lokasi di Kabupaten Bangka, 11 lokasi di Kabupaten Bangka Barat, 9 lokasi di Kabupaten Bangka Tengah dan 10 lokasi di Kabupaten Bangka Selatan. Ironisnya, dari total 41 lokasi tersebut hanya 10 lokasi yang kondisi ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik dan tidak terpengaruh dari aktivitas penambangan timah yaitu 1 lokasi di Kabupaten Bangka, 6 lokasi di Kabupaten Bangka Tengah, 3 lokasi di Kabupaten Bangka Selatan dan tak satupun lokasi yang kondisi ekosistem terumbu karangnya baik di Kabupaten Bangka Barat. Lokasi yang kondisi ekosistem terumbu karangnya baik ternyata hampir semuanya merupakan terumbu karang di pulau-pulau kecil yang letaknya berjauhan dari pulau utama (Pulau Bangka). Bahkan untuk Pulau Dapur dan Pulau Punai Kabupaten Bangka Selatan dan Pulau Panjang, Ketawai dan Semujur Kabupaten Bangka Tengah kondisi terumbu karang di sekitar pulau tersebut telah banyak yang rusak karena tertutup sedimen (siltation). Informasi lebih lengkap mengenai kondisi berdasarkan lokasi tersaji pada website resmi Universitas Bangka Belitung (www.ubb.ac.id/indexkarang.php) dan website Yayasan Sayang Babel Kite (www.sayangbabel.org).

Gambar 1. Titik pengamatan eksplorasi terumbu karang di Pulau Bangka (Oktober 2013)
Sebagaimana yang kita semua ketahui, penambangan timah di Pulau Bangka mulai marak terjadi sejak Perda Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum dikeluarkan. Penambangan timah tak hanya terjadi di daratan namun merambah hingga ke laut bahkan kecenderungan saat ini pertambangan timah lebih marak dilakukan di laut dibandingkan di darat. Dampak buangan tailing dari aktivitas penambangan inilah yang menjadi faktor utama kerusakan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Bangka.  Tailing yang dibuang langsung ke laut membuat air keruh dan partikel debu dan lumpur terbawa arus hingga ke lokasi yang terdapat ekosistem terumbu karang. Akhirnya banyak karang yang mati merata karena tertutup sedimen. Selain dari tailing penambangan timah di laut, sungai yang tercemar penambangan timah di darat pun turut memberi andil terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang di laut karena sungai yang keruh ini akhirnya akan bermuara hingga ke laut.

Gambar 2. Kapal Isap Produksi (KIP) yang sedang membuang tailing di laut
Gambar 3. Operasi TI apung di pantai
Lalu apakah karang yang mati tersebut dapat pulih kembali? Tentu saja ini sangat mustahil tejadi. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa lokasi seperti Karang Melantut – Rebo, Sungailiat Bangka, Karang Pulau Semujur Bangka Tengah dan karang di Pantai Tanjung Kerasak Sadai Bangka Selatan menunjukkan bahwa karang yang mati terutup lumpur kemudian akan ditumbuhi oleh makroalga (sejenis rumput di laut) di atas karang yang mati tersebut. Jika makroalga ini tumbuh maka sulit bagi karang untuk dapat bersaing tumbuh kembali di komunitas makroalga tersebut. Makroalga memiliki laju pertumbuhan yang jauh lebih tinggi daripada karang dan sedimen yang menempel pada karang bukanlah substrat yang sesuai untuk tempat menempel planula karang yang merupakan individu karang baru. Yang terjadi akhirnya adalah pergantian struktur komunitas pada ekosistem yang semula terumbu karang berubah menjadi komunitas makroalga. Ekosistem yang semula sarat dengan estetika, warna-warni dan kaya akan jenis dan jumlah biota laut berubah menjadi hamparan makroalga. Pantai yang semula indah dengan ekosistem terumbu karang yang memiliki potensi sempurna wisata bahari menjadi hilang keindahan bawah lautnya. Rencana pemerintah daerah untuk memajukan sektor perikanan kelautan dan pariwisata bahari pasca penambangan timah semakin jauh ”panggang dari api” jika hal ini terus terjadi.

Gambar 3. Karang yang ditumbuhi makroalga
Gambar 4. Karang yang tertutup oleh sedimen
Gambar 5. Karang yang tertutup sedimen akibat penambangan timah
Gambar 6. Karang yang ditumbuhi alga setelah tertutup sedimen
Ironisnya, izin usaha pertambangan (IUP) timah di laut dengan mengoperasikan kapal isap produksi (KIP) terus bermunculan seakan di ”obral” oleh kepala daerah. Hal ini diperparah dengan tidak ada kejelasan tentang peraturan jaminan reklamasi usaha pertambangan timah di laut. Lalu dimana inisiatif pemerintah daerah untuk mengatur dan menerapkan peraturan penambangan timah laut yang lebih bijak terhadap lingkungan? Dimana inisiatif  pemerintah daerah untuk melindungi sumberdaya lain yang lebih merakyat seperti perikanan dan wisata bahari? Dimana fungsi pemerintah daerah untuk mengelola sektor unggulan sumberdaya timah sebagai modal pengembangan untuk sektor lain? Kerusakan terumbu karang yang parah di Pulau Bangka membutuhkan dana yang sangat besar untuk program rehabilitasi dan restorasi. Lalu dari mana dana ini diperoleh? Berharap bantuan dari luar atau berharap dari pendapatan asli daerah? Berapa kemampuan daerah untuk mampu merehabilitasi terumbu karang dengan anggaran daerah saat ini? Hal inilah yang menjadi keprihatinan kami hingga saat ini.


Tim Eksplorasi Terumbu Karang UBB telah banyak dipercaya menjadi narasumber utama terkait kondisi ekosistem laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, seperti berita yang dimuat di koran nasional KOMPAS pada Juli 2010, majalah GATRA, undangan jamuan makan siang dengan Wakil Presiden RI, undangan dari Tim Kajian Tambang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, NGO Friends of The Earth, wawancara khusus dengan Tim Kajian Tambang Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) – Kementerian Riset dan Teknologi dan perwakilan perusahaan elektronik dari eropa (Apple dan Sony) terkait impor timah perusahaan elektronik mereka. Banyaknya respon dari pemerintah pusat, media massa nasional hingga manca negara terkait kondisi lingkungan laut di Pulau Bangka menunjukan bahwa mereka sepertinya sangat peduli dengan permasalahan yang terjadi di daerah kita. Ironsnya, pemerintah daerah sendiri sepertinya belum bereaksi untuk memperbaiki kondisi yang terus terjadi. Seringkali para pejabat daerah melontarkan pernyataan ”sedang dalam proses” jika ditanyai tentang usaha perbaikan lingkungan . Penambangan timah di laut seakan dibiarkan saja tanpa ada rambu dan pengawasan yang tegas. Sejujurnya Tim Eksplorasi Terumbu Karang UBB telah merancang konsep yang sangat nyata dan sesuai dengan kondisi lokal di daerah. Namun, konsep ini akan percuma bak ”macan ompong” jika tidak didukung oleh pemerintah daerah yang seharusnya bersungguh-sungguh mengawal perubahan itu. Kami berpikir, usaha ini akhirnya hanya akan membuang tenaga dan waktu. Namun jika memang dengan pergantian kepala daerah yang baru ini kemudian ternyata berganti kebijakan yang lebih memihak rakyat secara umum dan kelestarian lingkungan, tentu kami dari Tim Eksplorasi Teumbu Karang UBB siap bekerja untuk masa depan Pulau Bangka dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang lebih baik.

Lampiran: Lokasi pengambilan data kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka tahun 2008 – Oktober 2013

Tabel 1. Kondisi terumbu karang di Pulau Bangka (per kabupaten)
Kabupaten
Lokasi
Kondisi
Luasan/Masalah
Waktu pengamatan
Bangka
Karang Batu Putih, Pantai Tanjung Kelayang Sungailiat
Sedang
Luasan kecil tapi posisi strategis
Maret 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012
Pantai Teluk Limau, Sungailiat
Sedang
Luasan sempit tapi posisi strategis
April 2008, 2009, 2011, 2012, 2013
Karang kering, Bedukang, Riau Silip
Sangat baik
Luas
April 2008, Juni 2010
Karang Pulau Simbang, Riau Silip
Sedang
Sedimentasi dan alga booming
Oktober 2009
Pulau Lampu, Penyusuk, Belinyu
Rusak
Banyak aktivitas penambangan timah
Juli 2008, Mei 2010
Pulau Putri, Penyusuk, Belinyu
Sedang
Banyak aktivitas penambangan timah
Juli 2008, Mei 2010
Pulau Mengkudu, Pesaren, Belinyu
Rendah
Mulai ditutupi alga
Juli 2009
Karang Melantut, Rebo, Sungailiat
Rusak
Luas dan posisi strategis
Agustus 2008, 2009, 2010, 2011, 2012,
Karang Bambang Bui, Pantai Pesona, Sungailiat
Rusak
Luasan kecil tapi posisi strategis
April 2010
Karang Bui, Sungailiat
Baik
Luas dan posisi strategis
Oktober & November 2012
Pulau Tige, Bedukang, Riau Silip
Sedang
Karang tepi
Mei 2010
Bangka Barat
Tanjung Ular, Mentok
Rusak
Terdapat sedimen-sedimen halus
Mei 2009
Desa Teluk Limau, Parit Tiga
Rusak
Karang ditutupi Alga
Maret 2009 dan Desember 2009
Tungau, Simpang gong, Simpang teritip
Rusak
Terdapat sedimen-sedimen halus
April 2008
Malang lebar, Teluk Limau, Parit Tiga
Sedang
Luas
Maret 2009, Desember 2010
Karang Cupat, Parit Tiga
Rusak
Luasan cukup kecil
Juni 2010
Karang Aji, Mentok
Sedang
Terdapat sedimen-sedimen halus
Juni 2009
Bembang, Pebuar Jebus
Rusak
Terdapat penutupan sedimen
Agustus 2009
Karang Pantai Penganak, Parit Tiga
Rusak
Penutupan sedimen cukup parah
Mei 2010
Pulau Pemuja, Penganak, Parit Tiga
Rusak
Penutupan sedimen cukup parah
Mei 2010, Oktober 2012
Karang Batu Malang Duyung, Parit Tiga
Rusak
Penutupan sedimen cukup parah
Mei dan Oktober 2010
Karang Pantai Ketap, Parit Tiga
Rusak
Penutupan sedimen cukup parah
September 2010
Bangka Tengah
Pantai Tanjung Berikat, Lubuk Besar
Sedang
Luasan sempit
Mei 2009
Pulau Ketawai, Koba
Rusak
Pengaruh dari sungai kurau
November 2008, Oktober 2010
Pulau Semujur, Pangkalan Baru
Rusak
Penangkapan nelayan
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
Pulau Panjang, Pangkalan Baru
Bagian Barat Rusak, Timur Baik
Ditutupi sedimen
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
Pulau Gusung Asam, Koba
Baik
Karang dangkal
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
Pulau Ketugar, Koba
Baik
Karang dangkal
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
Pulau Gelasa, Lubuk Besar
Baik
Karang tepi dan banyak spot karang
Juni 2010
Pulau Bebuar, Koba
Baik
Karang tepi dan banyak spot karang
Mei & Oktober 2010
Pulau Pelepas, Sungai Selan
Sedang
Daerah Selat Bangka
Juni 2010
Bangka Selatan
Pantai Tanjung Kerasak, Sadai
Jelek
Pengaruh TI Apung
Juni 2007 dan Januari 2009
Tanjung Labu, Lepar
Baik
Bleaching coral, ada penyu hijau
April 2009
Tanjung Sangkar, Lepar
Sedang
Terdapat tutupan alga
April 2009
Pulau Pemain, Permis
Rusak
Banyak aktivitas TI Apung, KIP
Januari 2011
Laut Kubu, Sadai
Sedang
Ada aktifitas TI Apung
Oktober 2012
Pulau Punai, Toboali
Rusak
Berada di ujung Selat Bangka

Pulau Dapur, Toboali
Rusak
Pengaruh dari TI Apung
September 2010
Pantai Gunung Namak, Toboali
Sedang
Arus kuat. Luasan karang kecil
Oktober 2012
Pulau Pongok, Pongok
Baik
Luas dan banyak spot karang
November 2009, 2010
Tanjung Kemirai, Sadai
Rusak
Bekas tambang TI Apung
Oktober 2012

Keterangan : warna merah menunjukkan lokasi terumbu karang yang rusak akibat pengaruh penambangan timah. Peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 1 dibagian atas artikel ini.

Disclaimer: Sebagian artikel yang dimuat dalam laporan ini juga pernah dimuat di Harian Bangka Pos tanggal 18 - 19 Oktober 2013. Untuk keterangan lengkap tentang kondisi terumbu karang di Pulau Bangka berdasarkan hasil pengamatan, dapat ditanyakan langsung kepada Yayasan SBK melalui kontak yang tersedia di website ini.

Penyunting naskah: Utia Suarma








0 komentar:

Posting Komentar