Sejak awal tahun 2008 hingga laporan ini dipublikasikan (Oktober 2013), Tim Eksplorasi Terumbu
Karang - Universitas Bangka Belitung (UBB)
telah melakukan pengecekan kondisi ekosistem terumbu karang (reef check) di 41 lokasi khusus di Pulau
Bangka dan sekitarnya (tidak termasuk Pulau Belitung). Tim Eksplorasi Terumbu
Karang UBB merupakan lembaga penelitian yang paling lengkap dalam penyediaan
informasi kondisi ekosistem terumbu karang di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung hingga saat ini. Alhamdulillah, sejak awal terbentuk hingga saat ini
berbagai artikel yang dimuat di media massa telah banyak meningkatkan kesadaran
masyarakat di daerah untuk mulai peduli terhadap ekosistem terumbu karang
disekitarnya.
Pengecekan kondisi ekosistem terumbu karang hampir semuanya dilakukan
dengan metode Line Intercept Transect
(LIT) yang merupakan metode standar pengukuran kondisi karang yang berpedoman pada Hill, J. & C. Wilkinson. 2004. Lokasi titik terumbu karang yang telah dilakukan pengecekan antara lain 11 lokasi di Kabupaten Bangka, 11 lokasi di Kabupaten Bangka Barat, 9 lokasi di Kabupaten Bangka Tengah dan 10 lokasi di Kabupaten Bangka Selatan. Ironisnya, dari total 41 lokasi tersebut hanya 10 lokasi yang kondisi ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik dan tidak terpengaruh dari aktivitas penambangan timah yaitu 1 lokasi di Kabupaten Bangka, 6 lokasi di Kabupaten Bangka Tengah, 3 lokasi di Kabupaten Bangka Selatan dan tak satupun lokasi yang kondisi ekosistem terumbu karangnya baik di Kabupaten Bangka Barat. Lokasi yang kondisi ekosistem terumbu karangnya baik ternyata hampir semuanya merupakan terumbu karang di pulau-pulau kecil yang letaknya berjauhan dari pulau utama (Pulau Bangka). Bahkan untuk Pulau Dapur dan Pulau Punai Kabupaten Bangka Selatan dan Pulau Panjang, Ketawai dan Semujur Kabupaten Bangka Tengah kondisi terumbu karang di sekitar pulau tersebut telah banyak yang rusak karena tertutup sedimen (siltation). Informasi lebih lengkap mengenai kondisi berdasarkan lokasi tersaji pada website resmi Universitas Bangka Belitung (www.ubb.ac.id/indexkarang.php) dan website Yayasan Sayang Babel Kite (www.sayangbabel.org).
![]() |
Gambar 1. Titik pengamatan eksplorasi terumbu karang di Pulau Bangka (Oktober 2013) |
Sebagaimana yang kita semua ketahui, penambangan timah di Pulau Bangka mulai
marak terjadi sejak Perda Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum dikeluarkan. Penambangan timah tak hanya terjadi di daratan namun merambah
hingga ke laut bahkan kecenderungan saat ini pertambangan timah lebih marak
dilakukan di laut dibandingkan di darat. Dampak buangan tailing dari aktivitas penambangan inilah yang menjadi faktor utama
kerusakan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Bangka. Tailing
yang dibuang langsung ke laut membuat air keruh dan partikel debu dan lumpur
terbawa arus hingga ke lokasi yang terdapat ekosistem terumbu karang. Akhirnya banyak karang yang mati merata karena tertutup
sedimen. Selain dari tailing penambangan timah di laut, sungai yang tercemar
penambangan timah di darat pun turut memberi andil terhadap kerusakan ekosistem
terumbu karang di laut karena sungai yang keruh ini akhirnya akan bermuara
hingga ke laut.
![]() | ||
Gambar 2. Kapal Isap Produksi (KIP) yang sedang membuang tailing di laut
|
Lalu apakah karang yang mati tersebut dapat pulih kembali? Tentu saja ini
sangat mustahil tejadi. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa lokasi seperti Karang Melantut – Rebo, Sungailiat Bangka, Karang
Pulau Semujur Bangka Tengah dan karang di Pantai Tanjung Kerasak Sadai Bangka
Selatan menunjukkan bahwa karang yang mati terutup lumpur kemudian akan
ditumbuhi oleh makroalga (sejenis rumput di laut) di atas karang yang mati
tersebut. Jika makroalga ini tumbuh maka sulit bagi karang untuk dapat bersaing
tumbuh kembali di komunitas makroalga tersebut. Makroalga memiliki laju
pertumbuhan yang jauh lebih tinggi daripada karang dan sedimen yang menempel
pada karang bukanlah substrat yang sesuai untuk tempat menempel planula karang yang merupakan individu
karang baru. Yang terjadi akhirnya adalah pergantian struktur komunitas pada
ekosistem yang semula terumbu karang berubah menjadi komunitas makroalga.
Ekosistem yang semula sarat dengan estetika, warna-warni dan kaya akan jenis
dan jumlah biota laut berubah menjadi hamparan makroalga. Pantai yang semula
indah dengan ekosistem terumbu karang yang memiliki potensi sempurna wisata
bahari menjadi hilang keindahan bawah lautnya. Rencana pemerintah daerah untuk
memajukan sektor perikanan kelautan dan pariwisata bahari pasca penambangan timah semakin
jauh ”panggang dari api” jika hal ini terus terjadi.
![]() |
Gambar 3. Karang yang ditumbuhi makroalga |
![]() |
Gambar 4. Karang yang tertutup oleh sedimen |
![]() | ||
Gambar 5. Karang yang tertutup sedimen akibat penambangan timah
|
Ironisnya, izin usaha pertambangan (IUP) timah di laut dengan
mengoperasikan kapal isap produksi (KIP) terus bermunculan seakan di ”obral”
oleh kepala daerah. Hal ini diperparah dengan tidak ada kejelasan tentang peraturan jaminan reklamasi usaha pertambangan timah di laut. Lalu dimana inisiatif
pemerintah daerah untuk mengatur dan menerapkan peraturan penambangan timah laut yang
lebih bijak terhadap lingkungan? Dimana inisiatif pemerintah daerah untuk melindungi sumberdaya
lain yang lebih merakyat seperti perikanan dan wisata bahari? Dimana fungsi
pemerintah daerah untuk mengelola sektor unggulan sumberdaya timah sebagai
modal pengembangan untuk sektor lain? Kerusakan terumbu karang yang parah di Pulau
Bangka membutuhkan dana yang sangat besar untuk program rehabilitasi dan
restorasi. Lalu dari mana dana ini diperoleh? Berharap bantuan dari luar atau
berharap dari pendapatan asli daerah? Berapa kemampuan daerah untuk mampu
merehabilitasi terumbu karang dengan anggaran daerah saat ini? Hal inilah yang
menjadi keprihatinan kami hingga saat ini.
Tim Eksplorasi Terumbu Karang UBB telah banyak dipercaya menjadi narasumber utama terkait kondisi ekosistem laut di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, seperti berita yang dimuat di koran nasional KOMPAS pada Juli 2010, majalah
GATRA, undangan jamuan makan siang dengan Wakil Presiden RI, undangan dari Tim
Kajian Tambang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, NGO Friends of The Earth, wawancara khusus
dengan Tim Kajian Tambang Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) – Kementerian
Riset dan Teknologi dan perwakilan perusahaan elektronik dari eropa (Apple dan Sony) terkait impor timah
perusahaan elektronik mereka. Banyaknya respon dari pemerintah pusat, media
massa nasional hingga manca negara terkait kondisi lingkungan laut di Pulau
Bangka menunjukan bahwa mereka sepertinya sangat peduli dengan permasalahan
yang terjadi di daerah kita. Ironsnya, pemerintah daerah sendiri sepertinya belum bereaksi untuk memperbaiki kondisi yang terus terjadi. Seringkali para pejabat daerah melontarkan pernyataan ”sedang dalam proses” jika ditanyai tentang usaha perbaikan lingkungan . Penambangan
timah di laut seakan dibiarkan saja tanpa ada rambu dan pengawasan yang tegas.
Sejujurnya Tim Eksplorasi Terumbu Karang UBB telah merancang konsep yang sangat nyata dan sesuai dengan kondisi lokal di daerah. Namun, konsep ini akan
percuma bak ”macan ompong” jika tidak didukung oleh pemerintah daerah yang seharusnya bersungguh-sungguh mengawal perubahan itu. Kami berpikir, usaha ini akhirnya
hanya akan membuang tenaga dan waktu. Namun jika memang dengan
pergantian kepala daerah yang baru ini kemudian ternyata berganti kebijakan
yang lebih memihak rakyat secara umum dan kelestarian lingkungan, tentu kami
dari Tim Eksplorasi Teumbu Karang UBB siap bekerja untuk masa depan Pulau
Bangka dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang lebih baik.
Lampiran: Lokasi pengambilan data kondisi ekosistem
terumbu karang di Pulau Bangka tahun 2008 – Oktober 2013
Tabel 1. Kondisi terumbu karang di Pulau Bangka (per kabupaten)
Kabupaten
|
Lokasi
|
Kondisi
|
Luasan/Masalah
|
Waktu
pengamatan
|
Bangka
|
Karang
Batu Putih, Pantai Tanjung Kelayang Sungailiat
|
Sedang
|
Luasan kecil tapi posisi strategis
|
Maret 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012
|
Pantai Teluk Limau, Sungailiat
|
Sedang
|
Luasan sempit tapi posisi strategis
|
April 2008, 2009, 2011, 2012, 2013
|
|
Karang kering, Bedukang, Riau Silip
|
Sangat baik
|
Luas
|
April 2008, Juni 2010
|
|
Karang Pulau Simbang, Riau Silip
|
Sedang
|
Sedimentasi dan alga booming
|
Oktober 2009
|
|
Pulau Lampu, Penyusuk, Belinyu
|
Rusak
|
Banyak aktivitas penambangan timah
|
Juli 2008, Mei 2010
|
|
Pulau Putri, Penyusuk, Belinyu
|
Sedang
|
Banyak aktivitas penambangan timah
|
Juli 2008, Mei 2010
|
|
Pulau Mengkudu, Pesaren, Belinyu
|
Rendah
|
Mulai ditutupi alga
|
Juli 2009
|
|
Karang Melantut, Rebo, Sungailiat
|
Rusak
|
Luas dan posisi strategis
|
Agustus 2008, 2009, 2010, 2011, 2012,
|
|
Karang Bambang Bui, Pantai Pesona, Sungailiat
|
Rusak
|
Luasan kecil tapi posisi strategis
|
April 2010
|
|
Karang Bui, Sungailiat
|
Baik
|
Luas dan posisi strategis
|
Oktober & November 2012
|
|
Pulau Tige, Bedukang, Riau Silip
|
Sedang
|
Karang tepi
|
Mei 2010
|
|
Bangka Barat
|
Tanjung Ular, Mentok
|
Rusak
|
Terdapat sedimen-sedimen halus
|
Mei 2009
|
Desa Teluk Limau, Parit Tiga
|
Rusak
|
Karang ditutupi Alga
|
Maret 2009 dan Desember 2009
|
|
Tungau, Simpang gong, Simpang teritip
|
Rusak
|
Terdapat sedimen-sedimen halus
|
April 2008
|
|
Malang lebar, Teluk Limau, Parit Tiga
|
Sedang
|
Luas
|
Maret 2009, Desember 2010
|
|
Karang Cupat, Parit Tiga
|
Rusak
|
Luasan cukup kecil
|
Juni 2010
|
|
Karang Aji, Mentok
|
Sedang
|
Terdapat sedimen-sedimen halus
|
Juni 2009
|
|
Bembang, Pebuar Jebus
|
Rusak
|
Terdapat penutupan sedimen
|
Agustus 2009
|
|
Karang Pantai Penganak, Parit Tiga
|
Rusak
|
Penutupan sedimen cukup parah
|
Mei 2010
|
|
Pulau Pemuja, Penganak, Parit Tiga
|
Rusak
|
Penutupan sedimen cukup parah
|
Mei 2010, Oktober 2012
|
|
Karang Batu Malang Duyung, Parit Tiga
|
Rusak
|
Penutupan sedimen cukup parah
|
Mei dan Oktober 2010
|
|
Karang Pantai Ketap, Parit Tiga
|
Rusak
|
Penutupan sedimen cukup parah
|
September 2010
|
|
Bangka Tengah
|
Pantai Tanjung Berikat, Lubuk Besar
|
Sedang
|
Luasan sempit
|
Mei 2009
|
Pulau Ketawai, Koba
|
Rusak
|
Pengaruh dari sungai kurau
|
November 2008, Oktober 2010
|
|
Pulau Semujur, Pangkalan Baru
|
Rusak
|
Penangkapan nelayan
|
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
|
|
Pulau Panjang, Pangkalan Baru
|
Bagian Barat Rusak, Timur Baik
|
Ditutupi sedimen
|
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
|
|
Pulau Gusung Asam, Koba
|
Baik
|
Karang dangkal
|
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
|
|
Pulau Ketugar, Koba
|
Baik
|
Karang dangkal
|
November 2008, Oktober 2010 & Oktober 2013
|
|
Pulau Gelasa, Lubuk Besar
|
Baik
|
Karang tepi dan banyak spot karang
|
Juni 2010
|
|
Pulau Bebuar, Koba
|
Baik
|
Karang tepi dan banyak spot karang
|
Mei & Oktober 2010
|
|
Pulau Pelepas, Sungai Selan
|
Sedang
|
Daerah Selat Bangka
|
Juni 2010
|
|
Bangka Selatan
|
Pantai Tanjung Kerasak, Sadai
|
Jelek
|
Pengaruh TI Apung
|
Juni 2007 dan Januari 2009
|
Tanjung Labu, Lepar
|
Baik
|
Bleaching coral, ada penyu hijau
|
April 2009
|
|
Tanjung Sangkar, Lepar
|
Sedang
|
Terdapat tutupan alga
|
April 2009
|
|
Pulau Pemain, Permis
|
Rusak
|
Banyak aktivitas TI Apung, KIP
|
Januari 2011
|
|
Laut Kubu, Sadai
|
Sedang
|
Ada aktifitas TI Apung
|
Oktober 2012
|
|
Pulau Punai, Toboali
|
Rusak
|
Berada di ujung Selat Bangka
|
|
|
Pulau Dapur, Toboali
|
Rusak
|
Pengaruh dari TI Apung
|
September 2010
|
|
Pantai Gunung Namak, Toboali
|
Sedang
|
Arus kuat. Luasan karang kecil
|
Oktober 2012
|
|
Pulau Pongok, Pongok
|
Baik
|
Luas dan banyak spot karang
|
November 2009, 2010
|
|
Tanjung Kemirai, Sadai
|
Rusak
|
Bekas tambang TI Apung
|
Oktober 2012
|
Keterangan :
warna merah menunjukkan lokasi terumbu karang yang rusak akibat pengaruh
penambangan timah. Peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 1 dibagian atas artikel ini.
Disclaimer: Sebagian artikel yang dimuat dalam laporan ini juga pernah dimuat di Harian Bangka Pos tanggal 18 - 19 Oktober 2013. Untuk keterangan lengkap tentang kondisi terumbu karang di Pulau Bangka berdasarkan hasil pengamatan, dapat ditanyakan langsung kepada Yayasan SBK melalui kontak yang tersedia di website ini.
Penyunting naskah: Utia Suarma
0 komentar:
Posting Komentar