Pulau Gelasa,
mungkin sering di dengar oleh masyarakat Bangka Belitung. Namun bagaimana dengan jumlah pengunjungnya?
Kami yakin tak sebanyak seperti Pulau Ketawai di Pulau Bangka dan Pulau Lengkuas di
Pulau Belitung. Hal ini karena Pulau Gelasa memang belum menjadi tujuan wisata terkenal di Pulau Bangka dan
Belitung seperti Pulau Ketawai dan Pulau
Lengkuas tersebut.
Kunjungan kami ke Pulau Gelasa dilakukan pada bulan Juni 2010. Sudah sedikit terlambat sebenarnya antara jarak kunjungan dengan penulisan kondisi pulau ini. Akan tetapi, mengenalkan Pulau Gelasa kepada
masyarakat luas khususnya kepada masyarakat Bangka Belitung akan menjadi sangat
penting dalam menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada kampung halamannya sendiri.
Pulau Gelasa
terletak di antara Pulau Bangka dan Belitung,
pertengahan Selat Gaspar. Jika kita menaiki kapal cepat dari Pelabuhan
Pangkalbalam – Pangkalpinang menuju ke Belitung
(Tanjung Pandan) maka kita akan melewati beberapa pulau salah satunya adalah Pulau
Gelasa. Pulau ini masuk dalam wilayah Kabupaten Bangka
Tengah. Nama gelasa sendiri sampai saat ini tak jelas darimana asalnya. Yang
pasti, Pulau Gelasa merupakan pulau unik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mengapa? Karena pulau ini satu-satunya yang memiliki ciri pulau volkanis. Terdengar aneh bukan? Tentu!
Karena kita tahu bahwa Bangka Belitung bukanlah daerah yang dilalui jalur
volkanik jadi tak mungkin ada pulau yang terbentuk dari naiknya daratan akibat
energi dari aktivitas magma seperti Pulau Anak Krakatau di Provinsi Banten.
 |
Gambar 1. Pulau Gelasa tampak di kejauhan |
 |
Gambar 2. Pesona Pulau Gelasa |
 |
Gambar 3. Pesisir pantai di Pulau Gelasa |
 |
Gambar 4. Fauna penghuni Pulau Gelasa yaitu burung Pergem Laut |
 |
Gambar 5. Keindahan senja di Pulau Gelasa |
Pulau Gelasa merupakan pulau yang dikelilingi oleh perairan yang dapat
dikatakan paling dalam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tak heran jika
pantai di sekitarnya memilki kecuraman yang cukup tinggi. Berbeda dengan
pulau-pulau di Bangka Belitung yang sebagian besar landai. Pulaunya pun
berbukit terjal dan ditengah pulau terdapat bukit yang paling tinggi
menjulang. Flora dan fauna di pulau ini dapat dikatakan masih alami.
Hutan yang sangat asri dengan hewan-hewan yang membuatnya sangat menarik
untuk menjadi daerah penelitian sekaligus untuk dijelajahi. Pulau ini pun
terkenal sebagai lokasi penyu bertelur.
Keasrian Pulau Gelasa tak lepas dari letak pulau ini yang cukup jauh untuk
dijangkau. Jika menggunakan kapal nelayan, dari Pelabuhan Pangkalbalam -
Pangkalpinang membutuhkan waktu sekitar 12 jam atau dari desa nelayan Kurau –
Bangka Tengah membutuhkan waktu sekitar 10 jam. Akses terdekat dari Pulau
Bangka adalah dari Tanjung Berikat, Desa Tanjung Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah. Daerah ini adalah bagian paling timur dan juga merupakan bagian buntut ”rusa” dari bentuk Pulau
Bangka yang mirip dengan rusa. Dengan
perahu nelayan lokal dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari Tanjung Berikat
untuk mencapai Pulau Gelasa.
Di sekeliling tepi Pulau Gelasa terdapat ekosistem terumbu karang (tipe
karang tepi) pada bagian rataan karang (reef
flat) cukup dangkal. Bahkan perahu yang kami naiki kesulitan masuk ke pulau
karena tertahan oleh karang yang dangkal. Akhirnya kami harus berjalan
menyusuri rataan karang hingga mencapai pulau. Bagian tubir (reef slope) kondisi terumbu karang
sangat curam bahkan kita tak bisa melihat dasar. Yang ada adalah warna biru
yang semakin gelap. Arus dibagian slope
cukup kuat sehingga bagi penyelam perlu berhati-hati. Ikan-ikan di sekitar
karang masih sangat alami bahkan serombongan ikan Barracuda dalam jumlah yang
sangat besar sungguh mempesona.
 |
Gambar 6. Ekosistem terumbu karang P. Gelasa |
 |
Gambar 7. Rombongan ikan Barracuda |
 |
Gambar 8. Ikan badut dan anemon laut |
Terumbu karang di perairan Pulau Gelasa kaya dengan karang lunak (soft coral) yang mengindikasikan bahwa daerah ini memiliki arus yang cukup kuat. Namun kondisi karang keras di bagian lereng sebagian besar telah rusak dan patah akibat pengeboman.
 |
Gambar 9. Penyelam mengamati ekosistem terumbu karang P. Gelasa |
Bahkan saat kami melakukan penjelajahan di hari kedua, tampak ikan sisa
pengeboman di hari sebelumnya yang tersangkut di sela-sela karang dan sebagian
mengambang di perairan. Inilah realita dan problematika untuk pulau-pulau kecil
yang jauh dari jangkauan. Sebagian karang rusak di bom oleh nelayan yang hanya
memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan generasi selanjutnya. Daerah terumbu karang bisa di bom
karena jauh dari pengawasan. Kondisi sepert ini pernah kami temui di Pulau
Pongok (Bangka Selatan), Pulau Salma dan Pulau Kueel – Belitung. Karang yang
rusak akibat pengeboman memiliki ciri patah berhamburan dan sedikit terdapat
cekungan pada bagian pusatnya. Bom ikan dapat diracik dengan campuran bahan
yang sangat gampang ditemui di pasaran. Tak heran pernah beberapa waktu yang
lalu kita mendengar berita tentang nelayan dari Desa Kurau yang terluka akibat
bom ikan yang diraciknya meledak.
 |
Gambar 10. Kondisi terumbu karang yang rusak akibat aktivitas pengeboman |
 |
Gambar 11. Kondisi terumbu karang yang rusak |
 |
Gambar 12. Kondisi terumbu karang yang rusak |
 |
Gambar 13. Ikan yang mati dan mengambang ke permukaan akibat pengeboman |
 |
Gambar 14. Peneliti memegangi ikan yang mati akibat pengeboman yang berserakan di dasar karang |
Kondisi terumbu karang di Pulau Bangka saat ini memang sedang kritis. Di daerah
pulau-pulau kecil rawan dengan penangkapan tidak ramah (destructive fishing) seperti pengeboman dan untuk di daerah yang
dekat dengan Pulau Bangka terumbu karang rusak akibat tertutup sedimen akibat
penambangan timah lepas pantai seperti TI Apung dan Kapal Isap produksi (KIP) serta
masukan sedimen dari sungai ke laut yang tercemar penambagan timah di darat.
Karenanya sangat diperlukan usaha penyelamatan terumbu karang di Pulau Bangka
secara umum. Salah satunya dengan menjadikan lingkungan hidup sebagai mata
pelajaran di sekolah agar para siswa semakin mencintai dan melestarikan
lingkungannya.
Tim Peneliti
Ketua : Indra Ambalika Syari S.Pi
Anggota : Robani Juhar S.Pi, M.Si, Muntoro S.P,
M.Sc, Jumroh Aqobah S.Pi, Hanafi Ishariyanto S.Pi, Hadi Sodikin S.Pi
Editor naskah: Utia Suarma
0 komentar:
Posting Komentar