Breaking News
Loading...
Rabu, 02 Oktober 2013

Pulau Gelasa, mungkin sering di dengar oleh masyarakat Bangka Belitung. Namun bagaimana dengan jumlah pengunjungnya? Kami yakin tak sebanyak seperti Pulau Ketawai di Pulau Bangka dan Pulau Lengkuas di Pulau Belitung. Hal ini karena Pulau Gelasa memang belum menjadi tujuan wisata terkenal di Pulau Bangka dan Belitung seperti Pulau Ketawai dan Pulau Lengkuas tersebut.

Kunjungan kami ke Pulau Gelasa dilakukan pada bulan Juni 2010. Sudah sedikit terlambat sebenarnya antara jarak kunjungan dengan penulisan kondisi pulau ini. Akan tetapi, mengenalkan Pulau Gelasa kepada masyarakat luas khususnya kepada masyarakat Bangka Belitung akan menjadi sangat penting dalam menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada kampung halamannya sendiri.

Pulau Gelasa terletak di antara Pulau Bangka dan Belitung, pertengahan Selat Gaspar. Jika kita menaiki kapal cepat dari Pelabuhan Pangkalbalam – Pangkalpinang menuju ke Belitung (Tanjung Pandan) maka kita akan melewati beberapa pulau salah satunya adalah Pulau Gelasa. Pulau ini masuk dalam wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Nama gelasa sendiri sampai saat ini tak jelas darimana asalnya. Yang pasti, Pulau Gelasa merupakan pulau unik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mengapa? Karena pulau ini satu-satunya yang memiliki ciri pulau volkanis. Terdengar aneh bukan? Tentu! Karena kita tahu bahwa Bangka Belitung bukanlah daerah yang dilalui jalur volkanik jadi tak mungkin ada pulau yang terbentuk dari naiknya daratan akibat energi dari aktivitas magma seperti Pulau Anak Krakatau di Provinsi Banten.

Gambar 1. Pulau Gelasa tampak di kejauhan
Gambar 2. Pesona Pulau Gelasa
Gambar 3. Pesisir pantai di Pulau Gelasa
Gambar 4. Fauna penghuni Pulau Gelasa yaitu burung Pergem Laut
Gambar 5. Keindahan senja di Pulau Gelasa
Pulau Gelasa merupakan pulau yang dikelilingi oleh perairan yang dapat dikatakan paling dalam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tak heran jika pantai di sekitarnya memilki kecuraman yang cukup tinggi. Berbeda dengan pulau-pulau di Bangka Belitung yang sebagian besar landai. Pulaunya pun berbukit terjal dan ditengah pulau terdapat bukit yang paling tinggi menjulang. Flora dan fauna di pulau ini dapat dikatakan masih alami. Hutan yang sangat asri dengan hewan-hewan yang membuatnya sangat menarik untuk menjadi daerah penelitian sekaligus untuk dijelajahi. Pulau ini pun terkenal sebagai lokasi penyu bertelur.

Keasrian Pulau Gelasa tak lepas dari letak pulau ini yang cukup jauh untuk dijangkau. Jika menggunakan kapal nelayan, dari Pelabuhan Pangkalbalam - Pangkalpinang membutuhkan waktu sekitar 12 jam atau dari desa nelayan Kurau – Bangka Tengah membutuhkan waktu sekitar 10 jam. Akses terdekat dari Pulau Bangka adalah dari Tanjung Berikat, Desa Tanjung Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah. Daerah ini adalah bagian paling timur dan juga merupakan bagian buntut ”rusa” dari bentuk Pulau Bangka yang mirip dengan rusa. Dengan perahu nelayan lokal dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari Tanjung Berikat untuk mencapai Pulau Gelasa.

Di sekeliling tepi Pulau Gelasa terdapat ekosistem terumbu karang (tipe karang tepi) pada bagian rataan karang (reef flat) cukup dangkal. Bahkan perahu yang kami naiki kesulitan masuk ke pulau karena tertahan oleh karang yang dangkal. Akhirnya kami harus berjalan menyusuri rataan karang hingga mencapai pulau. Bagian tubir (reef slope) kondisi terumbu karang sangat curam bahkan kita tak bisa melihat dasar. Yang ada adalah warna biru yang semakin gelap. Arus dibagian slope cukup kuat sehingga bagi penyelam perlu berhati-hati. Ikan-ikan di sekitar karang masih sangat alami bahkan serombongan ikan Barracuda dalam jumlah yang sangat besar sungguh mempesona.

Gambar 6. Ekosistem terumbu karang P. Gelasa
Gambar 7.  Rombongan ikan Barracuda
Gambar 8. Ikan badut dan anemon laut
Terumbu karang di perairan Pulau Gelasa kaya dengan karang lunak (soft coral) yang mengindikasikan bahwa daerah ini memiliki arus yang cukup kuat. Namun kondisi karang keras di bagian lereng sebagian besar telah rusak dan patah akibat pengeboman.

Gambar 9. Penyelam mengamati ekosistem terumbu karang P. Gelasa
Bahkan saat kami melakukan penjelajahan di hari kedua, tampak ikan sisa pengeboman di hari sebelumnya yang tersangkut di sela-sela karang dan sebagian mengambang di perairan. Inilah realita dan problematika untuk pulau-pulau kecil yang jauh dari jangkauan. Sebagian karang rusak di bom oleh nelayan yang hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan generasi selanjutnya. Daerah terumbu karang bisa di bom karena jauh dari pengawasan. Kondisi sepert ini pernah kami temui di Pulau Pongok (Bangka Selatan), Pulau Salma dan Pulau Kueel – Belitung. Karang yang rusak akibat pengeboman memiliki ciri patah berhamburan dan sedikit terdapat cekungan pada bagian pusatnya. Bom ikan dapat diracik dengan campuran bahan yang sangat gampang ditemui di pasaran. Tak heran pernah beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita tentang nelayan dari Desa Kurau yang terluka akibat bom ikan yang diraciknya meledak.

Gambar 10. Kondisi terumbu karang yang rusak akibat aktivitas pengeboman
Gambar 11. Kondisi terumbu karang yang rusak
Gambar 12. Kondisi terumbu karang yang rusak
Gambar 13.  Ikan yang mati dan mengambang ke permukaan akibat pengeboman
Gambar 14. Peneliti memegangi ikan yang mati akibat pengeboman yang berserakan di dasar karang
Kondisi terumbu karang di Pulau Bangka saat ini memang sedang kritis. Di daerah pulau-pulau kecil rawan dengan penangkapan tidak ramah (destructive fishing) seperti pengeboman dan untuk di daerah yang dekat dengan Pulau Bangka terumbu karang rusak akibat tertutup sedimen akibat penambangan timah lepas pantai seperti TI Apung dan Kapal Isap produksi (KIP) serta masukan sedimen dari sungai ke laut yang tercemar penambagan timah di darat. Karenanya sangat diperlukan usaha penyelamatan terumbu karang di Pulau Bangka secara umum. Salah satunya dengan menjadikan lingkungan hidup sebagai mata pelajaran di sekolah agar para siswa semakin mencintai dan melestarikan lingkungannya.


Tim Peneliti
Ketua : Indra Ambalika Syari S.Pi

Anggota : Robani Juhar S.Pi, M.Si, Muntoro S.P, M.Sc, Jumroh Aqobah S.Pi, Hanafi Ishariyanto S.Pi, Hadi Sodikin S.Pi

Editor naskah: Utia Suarma

0 komentar:

Posting Komentar