MEMETIK HIKMAH DARI
MUSIBAH
“Peristiwa
Terbaliknya Perahu wisata Yayasan Sayang Babel Kite”
Oleh : Tim Perintis
Wisata Bahari Pulau Bangka - Yayasan Sayang Babel Kite
Sesungguhnya rezeki, nikmat, musibah bahkan azab semuanya
adalah atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Sayangnya sebagai manusia yang
penuh dengan khilaf dan keterbatasan, kita mungkin lupa introspeksi dan evaluasi bahkan berkaca
diri.. bahwa Allah memberikan musibah bahkan azab kepada kita sesungguhnya terselip
pengajaran dengan cara-Nya atau bahkan terkandung hikmah yang sangat tinggi dan
besar. Karenanya sungguh sangat disayangkan ketika kita ditegur dengan cara-Nya
melalui musibah besar atau azab yang besar kita tak mampu memetik hikmah dari
semua yang telah melanda kita.. inilah cerita kami dari tim perintis wisata
bahari Pulau Bangka Yayasan Sayang Babel Kite..
Kronologis Terbaliknya
Perahu Yayasan Sayang Babel Kite
Minggu (09 Agustus 2015), Alhamdulillah peminat wisata Bahari
Spot Karang Rulak Rebo – Sungailliat berjumlah 29 orang peserta. Jumlah yang hampir
2x lipat lebih banyak daripada biasanya. Inilah trip pertama dengan jumlah
peserta sebanyak ini. Makanya perahu yang digunakan untuk trip inipun sebanyak
2 perahu. Sebenarnya tim kesulitan dalam pengadaan alat snorkel karena memang
alat dari Yayasan Sayang Babel Kite jumlahnya cukup terbatas, sekitar 20 set
untuk peserta. Kekurangan alat akhirnya harus dipinjam dari laboratorium
perikanan Univ. babel (UBB) sebanyak 10 unit dan 3 unit dari Dinas Kelautan
Perikanan (DKP) Kab. Bangka. Jumlah snorkel yang lebih digunakan pula untuk
panitia yang juga lebih banyak dari biasanya. Ada 7 orang panitia di laut dan 2
orang panitia untuk tim dapur yang nanti akan menyiapkan makan siang setelah
kegiatan snorkeling. 4 orang tim laut dan 2 orang tim dapur adalah mahasiswa
KKN UBB yang memang memiliki program dalam pengembangan wisata bahari Rebo. Yayasan
Sayang Babel Kite sengaja mengajak serta mahasiswa KKN sebagai wadah mereka
untuk turun langsung dalam kegiatan melakukan pengembangan trip wisata Rebo.
Sekitar pukul 08.00 WIB perahu pertama membawa 18 orang
peserta telah berangkat lebih dahulu. Rombongan kedua baru tiba di pantai saat
perahu pertama berangkat. Tak lama kemudian setelah bersiap-siap baru perahu
kedua berangkat dengan 11 orang peserta. Mungking sekitar 15 menit kemudian. Saat
berangkat sebenarnya kondisi angin dan gelombang menurut kami cukup kuat. Namun
karena nelayan lokal yang membawa perahu tetap menghidupkan mesin dan membawa
perahu kami menganggap hal ini berarti masih dalam kondisi yang dapat
ditoleransi. Sekitar 45 menit perjalanan akhirnya perahu sampai ke spot
snorkeling, Karang Rulak.
Kondisi perairan di Karang Rulak ternyata tidak kondusif untuk
snorkeling. Air sudah pasang sehingga karang sudah tertutup air dan arus dari arah
timur tidak tertahan sepenuhnya oleh rataan karang. Selain itu, airpun kurang
jernih sehingga pengambilan foto underwater
kurang maksimal. Namun peserta tetap berenang dan berfoto ria. Kondisi peraian
yang cukup berarus dan keruh membuat kegiatan snorkeling lebih cepat daripada
biasanya. Sekitar jam 11.00 WIB semua peserta sudah kembali ke Pantai Rebo. Perahu
pulang dengan beriringan, namun ditengah perjalanan, sekitar 20 menit, perahu
yang membawa 18 orang peserta lebih cepat dengan jarak sekitar 30 meter didepan
perahu yang membawa 11 orang peserta. Hal ini karena mesin temple yang
digunakan pada perahu lebih besar (25 PK) sedangkan perahu yang 11 peserta
menggunakan mesin 15 PK. Ditengah perjalanan itulah tiba-tiba perahu yang
dibelakang terbalik. Kejadiannya begitu cepat hingga nelayan yang membawa mesin
pun tak dapat lagi mengimbangi perahu. Perahu awalnya miring, namun peserta
yang panik langsung berpegangan pada pinggir perahu sehingga perahu kemudian
menjadi terbalik karena tertarik oleh peserta. Perahu yang didepan segera
berbalik arah untuk membantu menyelamatkan peserta yang terlempar dari perahu. Untunglah
peserta telah dibekali pelampung dan saat di Karang Rulak diajari agar tak panik
dengan air laut. Peserta langsung dinaikkan ke perahu yang menolong. Setelah
semua peserta dipastikan telah naik ke atas perahu, semua peserta langsung
dibawa langsung balik ke pantai Rebo.
Tinggal 7 orang di perahu yang terbalik. 5 orang panitia 1
orang peserta yang sudah terbiasa snorkeling dan nelayan yang membawa perahu. Tak
lama berselang perahu yang mengantar semua peserta balik ke Pantai Rebo telah
kembali ke posisi perahu yang terbalik. Semua orang berusaha membalikkan perahu
yang terbalik, namun karena kedua jangkar (depan dan belakang) telah jatuh ke
laut sehingga tali harus dipotong. Selain itu air yang sudah masuk didalam
bagian rumah perahu serta gelombang yang semakin besar membuat proses
pembalikan perahu tak semudah yang kami bayangkan. Tanpa terasa sudah sekitar
dua jam kami mencoba membalikkan perahu. Tali jangkar sudah berhasil diputus
namun membalikkan perahu ternyata bukan perkara mudah. Sekitar dua jam kemudian
datang perahu dari Pantai Rebo menolong kami. Didalam perahu ada nelayan
volunteer Yayasan Sayang Babel Kite yang juga biasa membawa peserta snorkeling.
Perahu itu segera mengantar kami pulang ke Pantai Rebo karena ternyata di pantai
telah ramai orang yang menunggu. Perahu yang terbalik terpaksa ditarik secara
langsung hingga ke tepi pantai baru kemudian dibalik.
Di Pantai Rebo, ternyata sangat banyak masyarakat yang telah datang.
Terbaiknya perahu ternyata membuat salahsatu peserta mencoba menghubungi polisi
yang kemudian ikut berdatangan para wartawan yang biasa memang mangkal di
kantor polisi menunggu berita. Selain itu orang tua peserta dan mahasiswa KKN Rebo
serta masyarakat. Saat kami baru sampai di Pantai Rebo bahkan di RRI sempat
disampaikan berita “7 orang mahasiswa KKN UBB tenggelam di laut Rebo”!. Tak
lama kemudian berseliweran berita online surat kabar lokal. Sekitar jam 16.00 WIB
di posko KKN UBB di Desa Rebo selepas sholat kami diwawancarai oleh beberapa
wartawan terkait kronologis kejadian terbaliknya perahu kami. Ternyata setelah
berita dimuat pun isinya masih banyak yang salah dan tidak sesuai. Beberapa berita online terkait peristiwa
ini a.l;
di daerah pulau
yang relatif kecil dengan penduduk yang baru berkembang, secara sosiologis
masyarakatnya lebih suka membaca berita lokal dibandingkan dengan berita
nasional atau internasional. Karen lingkupnya masih sempit sehingga tingkat
ingin tahu tentang berita diseputaran lokal jauh lebih menarik dibandingkan
berita skala nasional. Istilah bangka, tingkat “cerudik” masih tinggi.
Permasalahannya tak mudah mencari berita yang hot dan heboh. Alasan inilah yang
membuat kami maklum ketika berita di media akhirnya terkesn berlebih-lebihan.
Sekitar pukul 17.00 WIB perahu terbalik yang telah dibawa ke
pantai dibalikkan dengan dibantu oleh mahasiswa KKN UBB. Tak banyak
barang-barang yang tersisa dari musibah itu. Ada yang terjatuh Handphone, tas
beserta uang, snorkel dan masker, sandal dan sepatu serta kamera underwater milik volunteer di yayasan. Semua telah jatuh dan
hanyut. Taksiran nilainya tak
kurang dari Rp. 10 juta. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak….
Hikmah Dibalik Musibah
Sesungguhnya tak ada perkara didunia ini yang tidak memiliki
manfaat. Termasuk pula musibah yang melanda. Karenanya kami dari tim perintisan
wisata bahari Pulau Bangka - Yayasan Sayang Babel Kite mencoba introspeksi dan
evaluasi diri terhadap cobaan yang menerpa. Ada beberapa kesalahan selama
proses kegiatan trip wisata bahari Rebo;
1. Kesalahan
dari dalam diri, memang ada tebersit rasa bangga karena trip wisata bahari Rebo
semakin dikenal dan banyak peminatnya. Bangga dan sombong terkadang sangat
tipis bedanya, mungkin inilah peringatan dari Allah SWT untuk kami agar
evaluasi diri dan memperbaiki manajemen kegiatan.
2. Pentingnya
penggunaan pelampung (live jacket)
selama pelaksanaan kegiatan trip baik saat snorkeling maupun dalam perjalanan.
3. Saat
angin dan gelombang kuat, jangan lakukan trip snorkeling! Yakinkan kembali
kepada nelayan apakah trip dapat dilakukan. Saat angin dan gelombang kuat
sesungguhnya tidak akan membuat kegiatan snorkeling berjalan kondusif.
4. Memberikan
surat izin pelaksanaan kegiatan kepada pihak desa Rebo. Tak hanya dari nelayan lokal.
5. Lakukan
trip ketika kita mampu untuk melakukannya. Jangan paksakan keinginan peserta
jika tak sesuai dengan kemampuan Tim pelaksana.
Kami akui banyak berita miring yang tentu dalam musibah ini
menyudutkan tim perintis wisata bahari Pulau Bangka – Yayasan Sayang Babel Kite.
Tapi tak mengapa, kami sudah terbiasa dibesarkan dari cacian dan hinaan. Peristiwa
yang menimpa kami jadikan pelajaran berharga untuk mengembangkan program ini
lebih baik dan sempurna. Dibalik berita miring, cacian dan hinaan ternyata
banyak pula yang men-support kegiatan
kami. Bahwa wisata bahari merupakan sektor yang dapat diunggulkan di Pulau Bangka
tak hanya di Belitung. Bahwa wisata akan sangat penting untuk diperhatikan tak
hanya tambang.
Memang dalam kegiatan trip wisata bahari Pulau Bangka yang
dikembangkan oleh Yayasan Sayang Babel Kite tak hanya bersifat profit dan
rekreasi semata. Tapi yang terpenting adalah mengandung unsur pendidikan. Memperkenalkan
keindahan Pulau Bangka yang tak banyak diketahui oleh masyarakat lokalnya
sendiri.
Kami sadar, dalam hidup tidak selamanya siang itu cerah dan
tidak selamanya malam bertaburan bintang. Hidup memang tak selalu indah. Terkadang
siang begitu kelam dan malam begitu suram. Namun kami percaya dari setetes derita
yang melanda sesungguhnya ada se-gunung karuania yang telah diberikan oleh
Allah SWT kepada kami, tim perintis wisata bahari Pulau Bangka – Yayasan Sayang
Babel Kite, mulai dari awal kegiatan hingga saat ini.
Kami tak bermimpi menjadi pohon niur yang tinggi melambai di
tepi pantai.. dengan kondisi kami saat ini yang sedang terpuruk, kami mungkin
hanya rumput kecil yang lemah lembut. Namun kami akan berusaha menguatkan akar
agar tak mudah tercerabut oleh angin ribut. Kami coba mengumpulkan dan menanamkan
semangat untuk terus melanjutkan cita-cita mengenalkan keindahan underwater, pesona wisata bahari Pulau Bangka.
Menyuburkan kesabaran menjadi energi untuk bangkit kembali dari cacian dan
hinaan, dari orang-orang yang mungkin tak senang ketika usaha kami mulai
berkembang. Kamipun akan mulai menghitung kekuatan untuk melangkah lebih
hati-hati. Mulai mengevaluasi diri, menghitung-hitung apakah;
Dalam suka dan ceria mungkin kami lupa bersyukur..
Dalam senang mungkin kami lupa mengawasi kealpaan…
Dalam diam kami akan terus taburkan bakti untuk tanah
kelahiran yang lebih baik..
Dalam tenangnya air laut, kami akan mencoba membuang segala
amarah atas tanggapan negative yang menerpa..
Dan kami akan terus suburkan sifat sabar dalam jiwa agar
program yang sebenarnya bermula dari mimpi segelintir anak muda ini terus
berkembang dan memberi manfaat untuk semua… amiiin ya robbal ‘alamiin.
(diinspirasi oleh Nasyid “Lukisan
Alam”; Hijjaz).
Penulis Oleh : Indra Ambalika Syari, S.Pi, M.Si bin H. Syarnubi
Wakil Ketua Yayasan Sayang Babel Kite
0 komentar:
Posting Komentar