Breaking News
Loading...
Selasa, 08 September 2015



MEMETIK HIKMAH DARI MUSIBAH
“Peristiwa Terbaliknya Perahu wisata Yayasan Sayang Babel Kite”

Oleh : Tim Perintis Wisata Bahari Pulau Bangka - Yayasan Sayang Babel Kite

Sesungguhnya rezeki, nikmat, musibah bahkan azab semuanya adalah atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Sayangnya sebagai manusia yang penuh dengan khilaf dan keterbatasan, kita mungkin  lupa introspeksi dan evaluasi bahkan berkaca diri.. bahwa Allah memberikan musibah bahkan azab kepada kita sesungguhnya terselip pengajaran dengan cara-Nya atau bahkan terkandung hikmah yang sangat tinggi dan besar. Karenanya sungguh sangat disayangkan ketika kita ditegur dengan cara-Nya melalui musibah besar atau azab yang besar kita tak mampu memetik hikmah dari semua yang telah melanda kita.. inilah cerita kami dari tim perintis wisata bahari Pulau Bangka Yayasan Sayang Babel Kite..

Kronologis Terbaliknya Perahu Yayasan Sayang Babel Kite
Minggu (09 Agustus 2015), Alhamdulillah peminat wisata Bahari Spot Karang Rulak Rebo – Sungailliat berjumlah 29 orang peserta. Jumlah yang hampir 2x lipat lebih banyak daripada biasanya. Inilah trip pertama dengan jumlah peserta sebanyak ini. Makanya perahu yang digunakan untuk trip inipun sebanyak 2 perahu. Sebenarnya tim kesulitan dalam pengadaan alat snorkel karena memang alat dari Yayasan Sayang Babel Kite jumlahnya cukup terbatas, sekitar 20 set untuk peserta. Kekurangan alat akhirnya harus dipinjam dari laboratorium perikanan Univ. babel (UBB) sebanyak 10 unit dan 3 unit dari Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Kab. Bangka. Jumlah snorkel yang lebih digunakan pula untuk panitia yang juga lebih banyak dari biasanya. Ada 7 orang panitia di laut dan 2 orang panitia untuk tim dapur yang nanti akan menyiapkan makan siang setelah kegiatan snorkeling. 4 orang tim laut dan 2 orang tim dapur adalah mahasiswa KKN UBB yang memang memiliki program dalam pengembangan wisata bahari Rebo. Yayasan Sayang Babel Kite sengaja mengajak serta mahasiswa KKN sebagai wadah mereka untuk turun langsung dalam kegiatan melakukan pengembangan trip wisata Rebo.

Sekitar pukul 08.00 WIB perahu pertama membawa 18 orang peserta telah berangkat lebih dahulu. Rombongan kedua baru tiba di pantai saat perahu pertama berangkat. Tak lama kemudian setelah bersiap-siap baru perahu kedua berangkat dengan 11 orang peserta. Mungking sekitar 15 menit kemudian. Saat berangkat sebenarnya kondisi angin dan gelombang menurut kami cukup kuat. Namun karena nelayan lokal yang membawa perahu tetap menghidupkan mesin dan membawa perahu kami menganggap hal ini berarti masih dalam kondisi yang dapat ditoleransi. Sekitar 45 menit perjalanan akhirnya perahu sampai ke spot snorkeling, Karang Rulak.

Kondisi perairan di Karang Rulak ternyata tidak kondusif untuk snorkeling. Air sudah pasang sehingga karang sudah tertutup air dan arus dari arah timur tidak tertahan sepenuhnya oleh rataan karang. Selain itu, airpun kurang jernih sehingga pengambilan foto underwater kurang maksimal. Namun peserta tetap berenang dan berfoto ria. Kondisi peraian yang cukup berarus dan keruh membuat kegiatan snorkeling lebih cepat daripada biasanya. Sekitar jam 11.00 WIB semua peserta sudah kembali ke Pantai Rebo. Perahu pulang dengan beriringan, namun ditengah perjalanan, sekitar 20 menit, perahu yang membawa 18 orang peserta lebih cepat dengan jarak sekitar 30 meter didepan perahu yang membawa 11 orang peserta. Hal ini karena mesin temple yang digunakan pada perahu lebih besar (25 PK) sedangkan perahu yang 11 peserta menggunakan mesin 15 PK. Ditengah perjalanan itulah tiba-tiba perahu yang dibelakang terbalik. Kejadiannya begitu cepat hingga nelayan yang membawa mesin pun tak dapat lagi mengimbangi perahu. Perahu awalnya miring, namun peserta yang panik langsung berpegangan pada pinggir perahu sehingga perahu kemudian menjadi terbalik karena tertarik oleh peserta. Perahu yang didepan segera berbalik arah untuk membantu menyelamatkan peserta yang terlempar dari perahu. Untunglah peserta telah dibekali pelampung dan saat di Karang Rulak diajari agar tak panik dengan air laut. Peserta langsung dinaikkan ke perahu yang menolong. Setelah semua peserta dipastikan telah naik ke atas perahu, semua peserta langsung dibawa langsung balik ke pantai Rebo. 

Tinggal 7 orang di perahu yang terbalik. 5 orang panitia 1 orang peserta yang sudah terbiasa snorkeling dan nelayan yang membawa perahu. Tak lama berselang perahu yang mengantar semua peserta balik ke Pantai Rebo telah kembali ke posisi perahu yang terbalik. Semua orang berusaha membalikkan perahu yang terbalik, namun karena kedua jangkar (depan dan belakang) telah jatuh ke laut sehingga tali harus dipotong. Selain itu air yang sudah masuk didalam bagian rumah perahu serta gelombang yang semakin besar membuat proses pembalikan perahu tak semudah yang kami bayangkan. Tanpa terasa sudah sekitar dua jam kami mencoba membalikkan perahu. Tali jangkar sudah berhasil diputus namun membalikkan perahu ternyata bukan perkara mudah. Sekitar dua jam kemudian datang perahu dari Pantai Rebo menolong kami. Didalam perahu ada nelayan volunteer Yayasan Sayang Babel Kite yang juga biasa membawa peserta snorkeling. Perahu itu segera mengantar kami pulang ke Pantai Rebo karena ternyata di pantai telah ramai orang yang menunggu. Perahu yang terbalik terpaksa ditarik secara langsung hingga ke tepi pantai baru kemudian dibalik.

Di Pantai Rebo, ternyata sangat banyak masyarakat yang telah datang. Terbaiknya perahu ternyata membuat salahsatu peserta mencoba menghubungi polisi yang kemudian ikut berdatangan para wartawan yang biasa memang mangkal di kantor polisi menunggu berita. Selain itu orang tua peserta dan mahasiswa KKN Rebo serta masyarakat. Saat kami baru sampai di Pantai Rebo bahkan di RRI sempat disampaikan berita “7 orang mahasiswa KKN UBB tenggelam di laut Rebo”!. Tak lama kemudian berseliweran berita online surat kabar lokal. Sekitar jam 16.00 WIB di posko KKN UBB di Desa Rebo selepas sholat kami diwawancarai oleh beberapa wartawan terkait kronologis kejadian terbaliknya perahu kami. Ternyata setelah berita dimuat pun isinya masih banyak yang salah dan tidak sesuai. Beberapa berita online terkait peristiwa ini a.l;
di daerah pulau yang relatif kecil dengan penduduk yang baru berkembang, secara sosiologis masyarakatnya lebih suka membaca berita lokal dibandingkan dengan berita nasional atau internasional. Karen lingkupnya masih sempit sehingga tingkat ingin tahu tentang berita diseputaran lokal jauh lebih menarik dibandingkan berita skala nasional. Istilah bangka, tingkat “cerudik” masih tinggi. Permasalahannya tak mudah mencari berita yang hot dan heboh. Alasan inilah yang membuat kami maklum ketika berita di media akhirnya terkesn berlebih-lebihan.

Sekitar pukul 17.00 WIB perahu terbalik yang telah dibawa ke pantai dibalikkan dengan dibantu oleh mahasiswa KKN UBB. Tak banyak barang-barang yang tersisa dari musibah itu. Ada yang terjatuh Handphone, tas beserta uang, snorkel dan masker, sandal dan sepatu serta kamera underwater milik volunteer di yayasan. Semua telah jatuh dan hanyut. Taksiran nilainya tak kurang dari Rp. 10 juta. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak….

Hikmah Dibalik Musibah
Sesungguhnya tak ada perkara didunia ini yang tidak memiliki manfaat. Termasuk pula musibah yang melanda. Karenanya kami dari tim perintisan wisata bahari Pulau Bangka - Yayasan Sayang Babel Kite mencoba introspeksi dan evaluasi diri terhadap cobaan yang menerpa. Ada beberapa kesalahan selama proses kegiatan trip wisata bahari Rebo;
1.       Kesalahan dari dalam diri, memang ada tebersit rasa bangga karena trip wisata bahari Rebo semakin dikenal dan banyak peminatnya. Bangga dan sombong terkadang sangat tipis bedanya, mungkin inilah peringatan dari Allah SWT untuk kami agar evaluasi diri dan memperbaiki manajemen kegiatan.
2.       Pentingnya penggunaan pelampung (live jacket) selama pelaksanaan kegiatan trip baik saat snorkeling maupun dalam perjalanan.
3.       Saat angin dan gelombang kuat, jangan lakukan trip snorkeling! Yakinkan kembali kepada nelayan apakah trip dapat dilakukan. Saat angin dan gelombang kuat sesungguhnya tidak akan membuat kegiatan snorkeling berjalan kondusif.
4.       Memberikan surat izin pelaksanaan kegiatan kepada pihak desa Rebo. Tak hanya dari nelayan lokal.
5.       Lakukan trip ketika kita mampu untuk melakukannya. Jangan paksakan keinginan peserta jika tak sesuai dengan kemampuan Tim pelaksana.
Kami akui banyak berita miring yang tentu dalam musibah ini menyudutkan tim perintis wisata bahari Pulau Bangka – Yayasan Sayang Babel Kite. Tapi tak mengapa, kami sudah terbiasa dibesarkan dari cacian dan hinaan. Peristiwa yang menimpa kami jadikan pelajaran berharga untuk mengembangkan program ini lebih baik dan sempurna. Dibalik berita miring, cacian dan hinaan ternyata banyak pula yang men-support kegiatan kami. Bahwa wisata bahari merupakan sektor yang dapat diunggulkan di Pulau Bangka tak hanya di Belitung. Bahwa wisata akan sangat penting untuk diperhatikan tak hanya tambang.
Memang dalam kegiatan trip wisata bahari Pulau Bangka yang dikembangkan oleh Yayasan Sayang Babel Kite tak hanya bersifat profit dan rekreasi semata. Tapi yang terpenting adalah mengandung unsur pendidikan. Memperkenalkan keindahan Pulau Bangka yang tak banyak diketahui oleh masyarakat lokalnya sendiri.
Kami sadar, dalam hidup tidak selamanya siang itu cerah dan tidak selamanya malam bertaburan bintang. Hidup memang tak selalu indah. Terkadang siang begitu kelam dan malam begitu suram. Namun kami percaya dari setetes derita yang melanda sesungguhnya ada se-gunung karuania yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kami, tim perintis wisata bahari Pulau Bangka – Yayasan Sayang Babel Kite, mulai dari awal kegiatan hingga saat ini. 

Kami tak bermimpi menjadi pohon niur yang tinggi melambai di tepi pantai.. dengan kondisi kami saat ini yang sedang terpuruk, kami mungkin hanya rumput kecil yang lemah lembut. Namun kami akan berusaha menguatkan akar agar tak mudah tercerabut oleh angin ribut. Kami coba mengumpulkan dan menanamkan semangat untuk terus melanjutkan cita-cita mengenalkan keindahan underwater, pesona wisata bahari Pulau Bangka. Menyuburkan kesabaran menjadi energi untuk bangkit kembali dari cacian dan hinaan, dari orang-orang yang mungkin tak senang ketika usaha kami mulai berkembang. Kamipun akan mulai menghitung kekuatan untuk melangkah lebih hati-hati. Mulai mengevaluasi diri, menghitung-hitung apakah;
Dalam suka dan ceria mungkin kami lupa bersyukur..
Dalam senang mungkin kami lupa mengawasi kealpaan…
Dalam diam kami akan terus taburkan bakti untuk tanah kelahiran yang lebih baik..
Dalam tenangnya air laut, kami akan mencoba membuang segala amarah atas tanggapan negative yang menerpa..
Dan kami akan terus suburkan sifat sabar dalam jiwa agar program yang sebenarnya bermula dari mimpi segelintir anak muda ini terus berkembang dan memberi manfaat untuk semua…  amiiin ya robbal ‘alamiin.

(diinspirasi oleh Nasyid “Lukisan Alam”; Hijjaz).

Penulis Oleh : Indra Ambalika Syari, S.Pi, M.Si bin H. Syarnubi
Wakil Ketua Yayasan Sayang Babel Kite

0 komentar:

Posting Komentar