Breaking News
Loading...
Senin, 09 Februari 2015



    Yayasan Sayang Babel Kite (SBK) mencoba focus untuk membangun daerah binaannya. Tahap pertama dan diharap menjadi daerah percontohan adalah Dusun Tuing Desa Mapur Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka. Dusun terpencil dan jarang tersentuh tangan pembinaan baik oleh perusahaan swasta maupun pemerintah daerah. Miris memang… padahal kawasan Desa Mapur terdapat perusahaan tambang pasir kuarsa, perkebunan sawit dan pertambangan timah baik milik PT Timah tbk maupun swasta. Tak masuk akal sebenarnya jika jalan menuju dusun ini dari dulu belum tersentu haspal. Sedangkan Perairan Tuing merupakan perairan yang masih terjaga kondisinya secara alami dibandingkan perairan laut lainnya di Kabupaten Bangka. Hal ini karena masyarakat samapai saat ini dengan tegas menolak masuknya penambangan timah di perairan mereka. Dan hebatnya masyarakat secara tegas pula tidak mau terjun menambang timah di laut. Tak heran akhirnya perairan tuing menjadi kantong utama stok perikanan di Kabupaten Bangka. Lihat saja perahu-perahu nelayan yang berukuran besar dari daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara di Sungailiat hamper semuanya menangkap ikan kearah perairan ini.Selain ikan, ketika musim cumi-cumi dan kepiting, perairan Tuing menjadi ramai oleh aktivitas penangkap an ikan oleh nelayan luar. Tentu saja akhirnya nelayan di daerah Sungailiat banyak yang menangkap ikan di perairan ini karena perairan Sungailiat rata-rata ekosistem lautnya telah hancur akibat penambangan timah laut baik oleh kapal keruk, kapal isap produksi maupun TI apung . Nelayan di daerah Sungailiat rata-rata mendapat kompensasi dari aktivitas tambang di laut.Mereka akhirnya menangkap ikan keperairan Tuing yang masih alami. Ironisnya nelayan Dusun Tuing tak pernah mendapat kompensasi dan tak pernah mendapat bantuan berarti untuk peningkatan kapasitas sebagai nelayan seperti modernisasi alat tangkap, program manajemen keuangan, pengolahan hasil tangkapan, pengembangan pendapatan alternative, dsb.

      Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa merupakan bentuk pengabdian kampus kepada masyarakat. Pada Agustus 2014, Universitas Bangka Belitung melakukan KKN ke 9 di Dusun Tuing. Lebih dari 40 mahasiswa diterjunkan ke dusun ini. Hal ini tentu bersinergi dengan program dari Yayasan SBK. Karenanya dalam kegiatan tersebut Yayasan SBK membantu secara langsung penyerahan bibit karet unggul ukuran siap tanam sebanyak 400 bibit dan bibit tanaman buah kepada Sekolah Dasar di Dusun Tuing. 








Gambar 1. Pembagian Bibit Karet kepada Siswa SD Desa Tuing


      Bantuan ini diserahkan melalui mahasiswa KKN. Selain itu Yayasan SBK ikut merancang program yang dapat diberikan oleh mahasiswa kepada masyarakat yaitu program pembuatan rumpon cumi dan rumpon ikan dari pelepah daun sawit. Mahasiswa KKN – UBB membantu memberikan GPS kepada perwakilan nelayan untuk menangkap ikan di lokasi penenggelaman rumpon.






 Gambar 2. Pembuatan dan Penurunan Atraktor Cumi oleh Mahasiswa KKN-UBB dengan Masyarakat Nelayan Desa Tuing

      Selain ini, Yayasan SBK pun telah merekomendasikan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Bangka untuk mencadangkan kawasan perairan timur Kecamatan Riau Silip yang termasuk kawasan Peraian Bedukang dan Tuing mulai dari Muara Sungai Deniang hingga Muara Suangai Tengkalet sebagai kawasan konservasi perairan (KKP) Kabupten Bangka. Usulan ini kemudian telah dikaji dan menunggu regulasi dari pemerintah daerah Kabupaten Bangka. Dengan dibentuknya kawasan perairan tuing sebagai daerah KKP –Kabupaten Bangka diharapkan nantinya tidak terdapat lagi penangkapan ikan yang merusak dan tidak memperhatikan keberlanjutan populasi ikan serta mencegah masuknya aktivitas penambangan laut di perairan ini.

1 komentar:

  1. Siang... mau tanya bagaimana kondisi atraktor cumi nya apakah berhasil? ada dokumentasi lainnya

    BalasHapus